Friday, October 7

Serat Babad Kadhiri (4)


masih dengan pak sondong yang dirasuki buta locaya menruskan ceritanya, pada saat pemerintahan Prabu Jayabaya ada seorang raksasa perempuan datang ke kerajaan, semua penduduk pontang panting ketakutan. mereka mengira raksasa tersebut akan mengacau dan melakukan kejahatan, karena itu para pendekar mengeroyok raksasa tersebut, termasuk buta locaya dan adiknya tunggulwulung. akhirnya raksasa itu roboh, namun belum mati.

buta locaya pun bertanya maksud nya datang ke kedhiri. ternyata raksasa tersebut mau melamar Prabu Jayabaya untuk menjadi suaminya. buta locaya bertanya asal tempat tinggalnya, raksasa pun menjawab kalau dia berasal dari Lodoyong ( Lodaya, Blitar ) di tepi laut selatan.

buta locaya pun menghadap sang prabu untuk menyampaikan apa yang telah teradi. sang prabu pun mendatangi raksasa itu, dan memastikan apakah benar yang dikatakan oleh kakak beradik sakti tersebut.

sang prabu pun menjelaskan kepada raksasa, jika memang benar kehendak raksasa, dewata tak mengijinkan untuknya menikahi sang prabu. namun sang prabu memberi tahu, kira kira dua puluh tahun setelah sang prabu tiada, akan ada orang yang tinggal di barat kerajaan kadhiri yang menjadi raja kerajaan itu beribukota di Prambanan, nama raja itu adalah Prabu Prawatasari, raja itulah yang kelak menjadi jodoh raksasa itu.

tak lama setelah itu, raksasa itu menghembuskan nafas terakhirnya. untuk mengenang kejadian itu, sang prabu mengutus buta locaya untuk menamai desa di sebelah selatan mamenang dengan nama Gumurah ( sekarang dikenal dengan nama Gurah ) yang berarti ramai, hiruk pikuk yang ditimbulkan akibat kedatangan raksasa tersebut. kedua sang prabu mengutus untuk membuat patung serupa dengan raksasa perempuan tersebut namun wajahnya di buat serupa dengan patung gupala.

tidak lama setelah kejadian tersebut, sang prabu pun moksa. buta locaya dan tunggulwulung pun ikut moksa mengikuti sang prabu. namun sebelum moksa, sang prabu memberi perintah lagi, buta locaya ditugaskan untuk bertempat tinggal di Goa Selobale yang terletak di sebelah barat Banawi atau Kali Brantas. Buta Locaya dijadikan pemimpin makhluk halus yang bermukim di situ, dan adiknya tunggulwulung ditugaskan di gunung kelud menjadi raja makhlus yang ada di situ.

prabu jayabaya menjelaskan kenapa buta locaya yang lebih tua di tempatkan di sebelah kali brantas, yang notabene lebih "kecil" dan jauh dari pusat kerajaan, itu karena tanah di sebelah barat sungai bernuansa dingin, maksudnya hanya sedikit perkara dan persoalan yang akan terjadi di sana. sedangkan tanah di timur kali, berhawa panas, dan sebaliknya akan banyak perkara di timur kali. jadi Tunggulwulung ditugaskan untuk mengawasi aliran lahar agar tidak membuat aliran baru, dan tidak menerjang persawahan dan kebun penduduk.

hasil hutan, pertanian, ternak di daerah kelud dan timur sungai, di titipkan agar dijaga oleh tunggulwulung dari tangan perusak. jika ada orang asing yang mengungsi dan membutuhkan pertolongan hendaknya hasil bumi tersebut bisa di sumbangkan dan dimakan kepada mereka yang membutuhkan. akan tetapi jangan sampai hasil bumi tersebut dibawa ke negerinya. pokoknya orang asing tidak diperbolehkan untuk membawa hasil bumi ke negerinya.

( bersambung )

1 comment: